Pengembangan Resistivity Meter Digital Sebagai Identifikasi Lapisan Batuan (Studi Kasus Lapangan Sekolah Tinggi Meteorologi Klimatologi dan Geofisika)

Geolistrik merupakan salah satu metode geofisika yang bertujuan mengetahui sifat-sifat kelistrikan lapisan batuan dibawah permukaan tanah dengan cara menginjeksikan arus listrik ke dalam tanah. Tujuan utama dari metode ini adalah mencari resistivitas atau tahanan jenis dari batuan serta apakah panjang elektroda akan berpengaruh pada hasil penelitian. Resistivitas batuan dapat diukur dengan menginjeksikan arus listrik ke dalam tanah melalui 2 titik elektroda di permukaan tanah dan 2 titik lain untuk mengukur beda potensial di permukaan yang sama, untuk itu diperlukan arus injeksi yang stabil agar dapat menghasilkan data yang baik serta meminimalisir data error pada saat pengukuran. Penelitian ini membahas tentang pengembangan prototipe resistivity meter digital dengan penambahan catu daya dan perbedaan panjang elektroda untuk megetahui pengaruh pada hasil pengukuran. Penelitian ini menggunakan konfigurasi Schlumberger dalam pengukuranya dan metode komparasi dengan alat standard dan tertelusur sebagai media pembanding kinerja alat dan kualitas data yang dihasilkan. Hasil pengukuran geolistirik dimodelkan dengan software Res2dinV dan akan didapatkan hasil berupa peta sebaran tahanan jenis. Hasil dari penelitian membuktikan bahwa panjang elektroda tidak terlalu berpengaruh terhadap hasil pengukuran resistivitas.

STUDI DISTRIBUSI SPASIAL PARAMETER SEISMOTEKTONIK DI JAWA TIMUR

Zona subduksi megathrust merupakan wilayah potensial untuk terjadi gempabumi besar. Untuk memahami proses yang mengontrol gempabumi besar diperlukan pengetahuan mengenai bagaimana karakteristik pertemuan antar lempeng tektonik dan variasi kegempaan spasialnya. Wilayah selatan Jawa Timur dikenal memiliki aktivitas kegempaan yang tinggi, sehingga diperlukan tindakan mitigasi terhadap bencana gempabumi, mengingat Jawa Timur sendiri merupakan salah satu wilayah yang padat penduduk. Salah satu usaha mitigasi bencana gempabumi adalah dengan memetakan wilayah rawan gempabumi. Pemetaan wilayah rawan gempabumi di antaranya dilakukan dengan memetakan variasi parameter seismotektonik dari relasi Gutenberg-Richter. Analisa parameter seismotektonik secara spasial dan temporal pada penelitian ini menggunakan data gempabumi dari katalog National Earthquake Information Center (NEIC), selama 10 tahun dari tahun 2013 – 2022, dengan batas 6° LS – 11° LS dan 109° BT-115° BT dengan magnitudo terkecil 3.8. Dari analisis menggunakan software ZMAP diperoleh variasi nilai-b berkisar antara 0.9 – 1.6, variasi nilai-a berkisar antara 5.5-9.0.

Potensi Rendaman Tsunami di Teluk Sumbreng Kabupaten Trenggalek Dengan Software COMCOT (Cornell Multi-grid Coupled Tsunami)

Zona subduksi di Selatan Jawa merupakan kawasan tektonik yang menyebabkan gempabumi yang dapat memicu terjadinya tsunami. Teluk Sumbreng merupakan salah satu daerah di Kabupaten Trenggalek yang menghadap langsung ke zona subduksi sehingga rawan bahaya tsunami. Teluk Sumbreng juga merupakan salah satu tempat wisata yang meliputi pantai pasir putih dan pemancingan laut. Selain itu juga berpotensi sebagai kawasan perikanan karena memiliki pantai sepanjang 96 km dengan ketersediaan ikan yang melimpah. Banyaknya penduduk di Desa Masaran, Munjungan dan Tawing menjadi salah satu faktor penyebab Teluk Sumbreng menjadi kawasan rawan bahaya tsunami dengan potensi tinggi. Pemodelan rendaman tsunami di Teluk Sumbreng dengan menggunakan skenario gempa terburuk magnitudo Mw 8,7 untuk memperkirakan dampak bahaya tsunami. Pemodelan rendaman tsunami menggunakan perangkat lunak COMCOT (Cornell Multi-grid Coupled Tsunami) dengan menggunakan grid bersarang selama 3 jam. Data batimetri dan topografi berasal dari Rupabumi Indonesia (RBI) dan data tutupan lahan berasal dari Kementrian Lingkungan Hidup dan Kehutanan (KLHK). Hasil pemodelan tsunami didapatkan ketinggian maksimum tsunami mencapai 24,4 meter dengan waktu tiba gelobang 30 menit. Hasil rendaman tsunami mencapai 15,6 meter. Hasil rendaman menunjukkan bahwa terdapat 3 desa yang paling terdampak di area penelitian yaitu Desa Masaran, Desa Munjungan, dan Desa Tawing. TEA/TES disediakan sebagai langkah persiapan di masa depan jika terjadi tsunami dengan skenario terburuk di Teluk Sumbreng.